Mengenal Lebih Dekat Metode Montessori

Insight : Artikel ini membedah metode pendidikan Montessori, pendirinya, hal-hal yang melatarbelakanginya, hingga kontroversi dan pro-kontra yang berkembang di masyarakat.


Mengenal Lebih Dekat Metode Montessori

Apa dan siapa sebenarnya Montessori? Montessori bisa merujuk pada dua hal. Pertama adalah sebuah metode dalam dunia pendidikan yang sudah sangat mendunia. Kedua tentu saja merujuk pada Dr. Maria Montessori, sang pencipta metode tersebut.

Dot Com kali ini akan membahas dengan mendalam apa itu metode Montessori beserta kelebihan dan kekurangannya.

Sekilas Mengenai Metode Montessori.

Ada begitu banyak metode pendidikan di dunia ini. Walau begitu, dari sekian banyak metode tersebut, baik yang sudah ditemukan maupun yang terus dikembangkan, nampaknya metode Montessori adalah yang paling terkenal dan memiliki banyak sekali peminat. Secara lebih khusus, metode Montessori dapat dideskripsikan sebagai suatu metode pendidikan yang diciptakan dan didasarkan pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori.

Metode ini paling sering ditemukan pada jenjang pendidikan pra-sekolah dan sekolah dasar. Meski begitu, tidak sedikit pula institusi yang menerapkannya di jenjang pendidikan menengah.

Perkembangan dari metode Montessori ini terbilang cukup pesat. Ini bisa dillihat dari menjamurnya sekolah-sekolah yang mengadopsi metode ini.­ Di Indonesia sendiri, khususnya di kota-kota besar, telah bermunculan cukup banyak sekolah-sekolah bertipe Montessori.

Karakter Metode Montessori.

Sekolah-sekolah yang menerapkan metode Montessori memiliki beberapa ciri khas yang sangat mencolok. Walau begitu, perlu ditekankan bahwasanya adalah suatu kewajaran terdapat perbedaan konsep antara sekolah Montessori yang satu dengan yang lain. Ini karena tiap lembaga pendidikan bersifat independen. 

Adapun ciri utama dari (sekolah) Montessori adalah :

Fokus untuk membentuk jiwa kemandirian pada anak. Tidak hanya diajarkan apa itu kemandirian secara teoritis, siswa sekolah Montessori juga diajarkan menerapkan konsep kemandirian itu dalam kehidupan sehari-hari. Semua kegiatan pembelajaran di Montessori selalu menekankan aspek kemandirian.

Mengutamakan keteraturan, disiplin dan konsistensi pada jadwal atau kebiasaan yang sudah ditentukan. Selalu ada jadwal yang harus diikuti. Karena antar sekolah Montessori juga memiliki konsep yang bervariasi dalam penerapan pembelajarannya, maka jadwal inipun bisa berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lain. Mulai dari jadwal untuk belajar, bermain, hingga tidur siang. 

Menekankan pada kebebasan individu sesuai dengan konsep perkembangan anak. Hal ini sangat unik dan nampaknya merupakan antitesa dari konsep sekolah pada umumnya. Di sekolah-sekolah Montessori siswa berkesempatan untuk turut merancang dan menentukan kegiatan pembelajaran. 

Siswa boleh memilih sendiri kegiatan belajar yang sudah disediakan dan dirancang untuknya. Kemungkinan besar memang Montessorilah yang mempelopori hal ini. Namun kini sebenarnya konsep tersebut sudah mulai berkembang di sekolah-sekolah yang tidak mengenal metode Montessori. Penerapan jadwal belajar ini menumbuhkembangkan sikap kebebasan sekaligus bertanggung jawab dalam diri siwa.

Berfokus pada pengamatan kelas yang didasari oleh konsep setiap anak adalah unik. Di sini, nampaknya para guru dan staf di sekolah model Montessori 'harusnya' mau tidak mau melakukan penelitian yang komprehensif, berkelanjutan dan terpadu. Hal ini dirasa perlu karena komposisi murid di sekolah Montessori yang bervariasi.

Siswa dilatih untuk menyadari kekurangan dan kesalahannya sendiri jika gagal memenuhi ‘target’ yang ditetapkan. Ini merupakan kelanjutan dari upaya untuk menumbukan sikap kemandirian dan kedisiplinan. Satu tingkat dari dua karakter tersebut adalah sikap untuk bertanggung jawab. 

Siswa secara aktif turut bertanggung jawab pada kebersihan dan keteraturan ruangan serta sarana pembelajaran mereka. Bukan hanya itu, pada beberapa sekolah Montessori mereka juga harus bertanggung jawab pada perkembangan teman-teman mereka yang lebih muda. Secara tidak langsung hal ini membentuk karakter kepemimpinan dalam diri mereka. 

Semua ruangan, sarana, dan sdm sekolah ditata sedemikian rupa agar terintegrasi dan mendukung konsep pengembangan jiwa mandiri dan disiplin pada siswa. Sehingga bisa dikatakan sekolah Montessori benar-benar didesain secara detail, mulai dari bentuk ruangan hingga penempatan saklar di kamar mandi. Pola kegiatan pun didesain sedemikian rupa untuk mendukung hal ini, mulai dari salam hingga menutup pembelajaran. 



Tersedia banyak sekali kegiatan yang ‘menuntut’ anak untuk sering bergerak. Mulai dari kegiatan pembuka hingga penutup, anak-anak di sekolah Montessori biasanya akan terlibat aktif untuk bergerak. Tentu ini sangat baik untuk perkembangan ranah prsikomotorik mereka. 

Tersedianya berbagai sarana dan alat edukasi yang memungkinkan siswa untuk berkembang tidak hanya secara akademis, namun juga psikomotori. Misalnya puzzle, lego, dll. Beberapa sekolah Montessori keukeuh untuk mengimpor langsung alat-alat itu dari Italia. Yang lain menganggap menggunakan alat yang sejenis alias mirip dari pabrikan lain adalah tidak masalah. 


Kritik Untuk Metode Montessori.

Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak. Hal yang sama juga berlaku untuk dunia pendidikan, khususnya metode Montessori. Tentu kritik inipun tidak sempurna. Kami dari esai edukasi dot com hanya ingin membedah sekaligus memberikan suatu tinjauan dari sudut pandang kami yang mungkin mewakili beberapa dari masyarakat dan insan pendidikan.

Biaya yang mahal. Jelas sekali bahwasanya sekolah bertipe Monstessori ini membutuhkan dana yang besar untuk operasional. Mulai dari pengadaan guru yang kompeten dan cocok dengan ‘tuntutan’ ala metode Montessori, hingga pengadaan sarana edukatif yang sesuai standard Montessori.

Tentu saja hal ini menjadi pertimbangan utama bagi wali murid dan masyarakat pada umumnya di negeri kita.

Menumbuhkan karakter superioritas dan egoistik. Kenapa? Karena anak-anak yang lebih dewasa 'dimungkinkan' untuk menjadi lebih berkuasa. Tentu saja kecakapan para guru dan asisten guru, administratur sekolah serta sistem yang dibuat bisa membuat kemungkinan ini mengecil tetapi tidak bisa sama sekali menghilangkannya. Bukankah salah satunya karena alasan yang demikian sekolah umum membagi siswa berdasarkan usia yang setara?

Keterbatasan sarana juga bisa membuat siswa berebut mainannya. Konflik dalam memilih dan menentukan jadwal kegiatan dan hal-hal semacamnya juga ‘dimungkinkan’ terjadi.

Perlunya pengawasan ekstra kepada pihak sekolah. Hal ini patut menjadi perhatian. Tentu sistem satu kelas satu guru kelas/utama tidak bisa diterapkan disini. Mutlak guru harus dibantu oleh tenaga lainnya yang juga terlatih. Belum termasuk ketika harus mengadakan kegiatan-kegiatan khas Montessori lainnya, seperti mencuci piring, bermain alat-alat penstimulus dimensi psikomotorik dan lainnya.

Konklusi: Metode pendidikan ala Montessori adalah salah satu metode pendidikan yang sudah sangat terkenal di dunia. Metode ini memiliki banyak sekali kelebihan, namun juga tak lepas dari kritik. Selanjutnya silahkan membaca kisah Maria Montessori, sang penemu metode Montessori. Di lain kesempatan esai edukasi dot com juga akan membahas mengenai beberapa metode pendidikan yang tak kalah menarik baik dari dalam maupun luar negeri. 



Sumber https://www.esaiedukasi.com/
LihatTutupKomentar